BENGKULU UTARA, jejakdaerah.com – Jembatan darurat yang menggunakan batang kelapa di Desa Talang Arah, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara kembali menelan korban.
Kali ini anak jenjang SMP yang akan berangkat ke sekolah, terjatuh akibat melintas di jembatan tersebut.
Keterangan yang diterima dari Kepala Desa setempat, Roswan Efendi menjelaskan anak sekolah tersebut jatuh pada saat akan berangkat ke sekolah pada hari Selasa (18/08/2020).
“Kalau sekarang anaknya sudah di rumah,” jelas Kades, Rabu (19/08/2020).
Roswan melanjutkan, sejak hujan beberapa hari lalu, kondisi jembatan semakin membahayakan.
Dimana tanah yang berada di sisi batang kelapa sudah tergerus air dan hanya menyisakan batang kelapa saja.
“Tanah habis semua, tinggal batang kelapa saja, bahaya sekali sekarang, kalau mau lewat ya hati-hati sekali,” ujar Kades.
Lanjut Roswan, sebelumnya memang sudah sering terjadi kecelakaan di jembatan tersebut. Terutama terhadap anak sekolah dan ibu-ibu yang akan berangkat menuju ke pasar.
“Sudah banyak yang jatuh di sana, hari ini saja saya menolong 5 pengendara yang lewat di sana,” katanya lagi.
Kades berharap, agar jembatan tersebut dapat segera diperbaiki, demi keselamatan warga desa setempat.
“Minggu lalu sudah titik nol, tapi belum ada pekerjaan. Saya sudah telepon pemborongnya, katanya dua sampai tiga hari ini akan dikerjakan,” sampai Kades.
Persoalan ini mendapat tanggapan dari anggota DPRD Bengkulu Utara, Febri Yurdiman. Ia menilai bahwa Pemda belum mampu menjamin keselamatan masyarakatnya.
Seperti diketahui kata Febri, jembatan tersebut rusak sudah hampir 2 tahun.
Febri kembali menegaskan, akibat peristiwa itu, anak-anak harus bertaruh nyawa untuk berangkat ke sekolah.
“Sampaikan ke Bupati dan Kepala Dinas PU itu, bahwa anak-anak sekolah kami disini bertaruh nyawa untuk berangkat ke sekolah,” sesal dia.
Febri menuding, bahwa hal ini seperti sudah menjadi tradisi di Bengkulu Utara. Pekerjaan darurat yang memang dibutuhkan masyarakat, malah membahayakan warga, terkesan selalu lambat untuk dikerjakan.
“Tampaknya sudah tradisi Pemda Bengkulu Utara, memang harus ada korban dulu dari masyarakat baru mau segera bergerak diperbaiki,” pungkas Febri. [nov]