Malam Pembantaian Thomas Parr 1807 (I)

oleh -33 Dilihat
Gedung Mount Felix (Kini Rumah Dinas Gubernur Bengkulu/Gedung Daerah)

Cerbung History:  Benny Hakim Benardie. 

“Malam itu, sekelompok pribumi merangsek masuk Gedung Mount Felix (Kini Rumah Dinas Gubernur Bengkulu/Gedung Daerah) dan melakukan pembantaian Residen Thomas Parr di hadapan istrinya. Tragedi terjadi  akibat penderitaan pribumi, wanprestasi bisnis hasil bumi yang dilakukan pihak Inggris”

Malam itu, Kamis 23 Desember 1807. Tak ada perubahan cuaca sejak sepekan ini. Panas pantai tetap saja meninggalkan lekat garam di kulit. Cuaca mulai berubah dan hujan yang tak begitu lebat, mulai  mendera kota tanah mati ini, mulai saat mentari meninggalkan siang. lengang mulai terasa. Hanya dua atau tiga orang serdadu Inggris tampak berdiri di dekat Padang Gereja (Lapangan Merdeka), tak jauh dari pemukiman orang-orang Tionghoa.

Dari arah Benteng Marlborough, pusat pemerintahan koloni Inggris di Bencoolen, tampak plankin (Gerobak) berkonvoi untuk bergegas pulang, usai mencari obyekan angkutan hasil bumi di Pelabuhan Boom. Para penunggang plankin datang dari arah selatan  Bencoolen. Meskipun tak terlalu basah di terpa hujan, plankin beratapkan rumbia itu tetap melaju. Rasa lelah dan gundah gulana tampak diraut wajah para penunggang plakin, saat ,mereka sedikit kemalaman pulang ke rumahnya.    

“Tabik tuan…..Tabik tuan……Numpang liwat”, kata penunggang plangkin saat melintas depan dua serdadu yang tampak mengamati plankin mereka.       

“Ya…. watch out, watch out for wild animals. Work tomorrow if you want to eat” tegur salah seorang serdadu, hingga plankin berlalu.

Sekira pukul 0912 WIB, Kota Bencoolem mulai sunyi senyap dalam irama rintikan hujan. Hembusan angin dari laut sesenai, membawa kantuk para serdadu jaga. Siapa sangka air tenang dapat menghanyutkan. Bencoolen yang aman tenteram menjadi mencekam. Ternyata  inilah awal malam berdarah itu. Malam mengemparkan Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company atau British East India Company) di Benggal India, termasuk Kerajaan Inggris.

Setidaknya yang tampak malam itu, ada tiga  pemuda mengendap masuk di Mount Felix. Sepertinya para pemuda itu mengerti seluk-beluk bangunan dan berhasil masuk dikamar tidurnya  Residen Thomas Parr dan istrinya Frances Roworth yang tengah terlelap tidur. Sementara satu anak lelakinya mereka berada di kamar sebelahnya.

Sempat terdengar sedikit kegaduhan memasuki pintu kamar. Namun gerakan para pemuda itu begitu cepat. Saat tahu ada penyusup, Frances Roworth sempat membangunkan suaminya Thomas Parr.               

“Baby wake up. There seemed to be a noise (Sayang bangun. tampaknya ada suara kegaduhan”, membangunkan suaminya. 

Belum sempat berdiri, dua orang menyekap dan mengorok batang leher Thomas Parr. Residen ini mencoba memberontak. Namun apa daya, gorokan parang tajam terus mengesek lehernya hingga ia menggelepar saat kepalanya putus. 

Frances Roworth coba meronta. Sempat ia berteriak minta tolong serdadu jaga, namun suara hujan menyamarkan pendengaran. 

“Please …There’s a murderer … A murderer … A guard”, teriaknya sembari menerima  berapa pukulan di muka. Luka goresan pisau di tangannya dan tusukan pisau mengerikan.  Terbayang olehnya akan anaknya yang masih bayi berada disebelah kamar tidur menangis. Lemas, lunglai  saat ia melihat banjiran darah di lantai. Sempat senyap dan terbangun kembali, saat para penyusup, pembunuh, pembantai  itu sudah berada di luar kamar. Suaminya yang yang menikahinya 9 tahun lalu itu mati tragis di hadapannya. Tangis Pun pecah.

Residen Thomas Parr tewas dengan kepala terpenggal. Jabatan yang diembannya 22 bulan lalu sebagai Residen Bencoolen, hebohkan seluruh penjuru Negeri Bencoolen. mayat Residen Thomas Parr  tergeletak tanpa kepala. Dalam lemas dan luka, Frances Roworth mendengar kembali ada kegaduhan di halaman gedung. Tapi apa daya, empat tusukan pisau di dada dan tangan, tendangan membuat dirinya harus diam pasrah.  

Dirinya hanya ingat, para pembantai suaminya itu merupakan orang berperawakan Melayu. Pribumi Bencoolen. Sempat ia mendengar beberapa kali letusan senjata api, yang akhirnya mengundang datang serdadu dari Benteng Marborough yang jaraknya sekitar 500 meter dari Gedung Mount Felix. Serdadu tiba, para pembantai itu sudah lenyap entah pergi ke arah mana.   

Para pembantai itu berhasil  membawa kepala Thomas Parr dan beberapa benda milik mereka. Terakhir baru diketahui, asisten Residen Charles Murray juga terluka. Bahkan Murray hembuskan nafas terakhirnya, beberapa hari setelah serangan itu. 

Kabar duka itu akhirnya dilaporkan secara luas dan dramatis oleh orang Inggris di Negeri Bencoolen. Peristiwa itu sebabkan masyarakat Melayu Pribumi lainnya ikut melakukan pemberontakan. Terjadilah kekacauan hingga akhirnya markas besar Koloni Inggris di  Benteng Marlborough ikut diserang dan dibakar. BERSAMBUNG.

*Cerpenis tinggal di Kota Bengkulu/dikisahkan dari berbagai sumber.