KEPAHIANG, jejakdaerah.com — Pasca banjir bandang (26/4/2019) lalu yang menyebabkan desa Tanjung Alam dan Desa Air Hitam terendam, pihak PLTA Musi belum juga menyalurkan CSR dan bentuk kepeduliannya terhadap 2 desa itu. Masyarakat keluhkan janji yang telah disampaikan pihak PLTA.
Hal ini disampaikan Feri Marzoni di kediamannya pada Sabtu (25/4/2020). Feri mangatakan dengan cuaca hujan yang terus menerus seperti ini membuat dirinya dan warga tidak bisa tidur nyenyak, lantaran khawatir jika tiba-tiba air naik.
Feri juga mengungkapkan bahwa pihak PLTA Musi selain memberikan bantuan sembako saat banjir tahun lalu tidak memberikan perhatian yang berarti.
Pasalnya pada 2018 lalu bersama bupati dan DPRD pihak PLTA pernah berjanji ingin membuat bronjong dan tembok pelapis tebing di sepanjang aliran sungai di desa mereka.
Bahkan mereka sudah diperintahkan untuk memasang bambu/crocok di sepanjang aliran air, namun hingga banjir merendam desa dan setahun berlalu Pihak PLTA hanya memberikan janji manis saja.
“Akan diadakan pembangunan pelapis tebing dan bronjong, makanya dibuatlah crocok dari bambu dan sudah dipasang oleh warga. Begitu janji pihak PLTA dihadiri Bupati dan DPRD waktu itu,” ungkap Feri.
Begitu juga saat diundang sosialisasi pengolahan limbah sampah plastik beberapa waktu lalu dari PLTA juga hanya memberikan harapan palsu saja. Sebab pihak PLTA tidak pernah memberikan bantuan alat pencacah plastik yang dimaksud.
Bahkan air kembali naik beberapa hari lalu, hal ini tentunya menimbulkan kekhawatiran warga desa.
“Kami masyarakat sangat kecewa dengan perlakuan pihak PLTA yang tidak mengindahkan tuntutan masyarakat yang telah disampaikan bahkan melalui DPRD sekalipun,” pungkasnya.
Sampai berita ini diturunkan Pihak PLTA Musi masih dalam upaya konfirmasi. (fro)