Pelindo II Pagar Lahan, Berujung Bentrok Dengan Masyarakat

oleh -53 Dilihat

BENGKULU,wwwjejakdaerah.com– Akibat masyarakat yang enggan lahannya dipagar oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Cabang Bengkulu, terjadi Bentrok Antar warga dan oknum preman bayaran   ( Jum’at, 13/11/2020).

Hal ini menyebabkan seorang warga masyarakat setempat bernama Hendra mengalami luka lebam di bagian pelipis mata, Sedangkan dua orang oknum diduga preman mengalami luka ringan dibagian tangan dan sama-sama dilarikan ke rumah sakit Bhayangkara Kota Bengkulu.

Aparat kepolisian dari Polda Bengkulu,Polres Kota, Polsek Kampung Melayu,dan polsek KP3 yang sebelumnya disiagakan untuk pengamanan lokasi pemagaran, langsung melerai kedua pihak.

Ketua Kelompok Nelayan, yang juga merupakan Ketua LSM NCW Bengkulu  Drs. Ihksan Nasir mengatakan, bahwa pihak pelindo II telah menyewa preman untuk melakukan pemagaran lahan dengan cara anarkis. Sedangkan berdasarkan Undnag undang yang berlaku mereka itu tidak ada lagi hak atas lahan tersebut. Ia pun berharap kepada aparat hukum jangan ada unsur sepihak dalam menuntaskan permasalahan terkait lahan terlantar yang telah disengketakan oleh Pelindo II Bengkulu.

“Pihak Pelindo telah menyewa preman dengan pengawalan aparat untuk melakukan pemagaran tanpa ada mediasi terlebih dahulu. Akhirnya, akibat sikap anarkis dari pihak pereman yang disewa pelindo, warga miskin yang menduduki lahan terlantar tersebut menjadi korban. Saya minta pihak aparat hukum dapat melindungi masyarakat kecil, karena mereka juga sebagai warga negara Indonesia membutuhkan tempat hidup yang layak,” ujar Ihksan Nazir.

Sementara itu Deputi General Manager Bidang Hukum dan Pengendalian Internal PT Pelindo, Oka Sudarsono mengatakan, pemagaran ini bagian dari upaya menjaga aset yang dipercayakan negara kepada Pelindo dan rencananya wilayah ini akan dikembangkan sesuai rencana induk pembangunan pelabuhan.

“Pelabuhan merupakan objek vital yang harus dijaga untuk kepentingan semua orang maka dari itu pemagaran akan kami lakukan menyusul banyaknya masyarakat yang mengklaim bahwa lahan itu tidak terurus,” terang Oka. (rls/Darul)