Lestarikan Budaya Kedurei Agung Sadei Kepahiang, Temuhun Pesako Mulo Jijei

oleh -105 Dilihat

Kepahiang, www.jejakdaerah.com – Melestarikan Budaya yang sudah turun temurun Pemerintah bersama masyarakat Dusun Kepahiang menggelar Sedekah Bumi 2023 atau Kedurei Agung Sadei Kepahiang. Kegiatan ini digelar 5 Tahun Sekali sebagai pengingat “Mulo jijei” (Asal Jadi) Dusun Kepahiang sekaligus Temuhun Pesako (Menurunkan Pusaka), digelar Rabu malam (16/08).

Kegiatan dimulai dengan pawai obor sepanjang dusun Kepahiang yang diikuti dari anak-anak hingga orang tua. Selanjutnya acara doa selamat, membuka sejarah adat serta kata sambutan dari rajo.

Dalam sambutan Lurah dusun Kepahiang Sunardi menyampaikan bahwa sedekah bumi dilaksanakan agar masyarakat terhindar dari balak. Selain itu kegiatan ini juga mengusung tema wisata religi modern. Sebagai cikal bakal warga masyarakat dusun kepahiang yang awalnya berkelompok di dekat air terjun Ketapang, sebagai bentuk dukungan atas program pemerintah untuk mempromosikan wisata unggulan. Saat ini juga dibangun Masjid Al Hijrah mengusung tema Religi Modern.

” Wisata Alam Air Terjun Ketapang sebagai asal muasal tempat cikal bakal dusun Kepahiang ini insya allah bisa menarik wisatawan. Dengan diadakan sedekah bumi selain sebagai bentuk rasa syukur juga i untuk melestarikan budaya adat yang sudah turun temurun,” sampai Lurah.

Bupati Kepahiang Dr Ir Hidayatullah Sjahid.MM.IPU Menyampaikan bahwa dirinya memberikan Apresiasi kepada Tokoh adat dan tokoh masyarakat dusun Kepahiang. Sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur bidang pertanian, perkebunan, peternakan untuk mendapat ridho allah SWT.

” Pemerintah daerah siap mendukung sehingga acara ini akan menjadi meriah setiap tahunnya, semoga Allah SWT berkenan mewujudkan keinginan dan harapan. Kami berterima kasih kepada semua pihak semoga menjadi nilai ibadah, dan memberi makna di tahun yang akan datang semoga warga dusun kepahiang diberikan kesehatan, kesejahteraan dan ketentraman di tahun berikutnya ,” sampai Bupati.

Program unggulan wisata akan dikembangkan di setiap desa dan kelurahan yang ada di kabupaten Kepahiang. Program unggulan sudah ada desa Batu Ampar dan Air Sempiang yang sudah ikut ke tingkat nasional.

” Di dusun Kepahiang ini akan kita dorong untuk memajukan wisata alam kedepannya.Pembangunan Infrastruktur jalan pertanian akan kami upayakan mohon dukungan kepada pihak legislatif,” lanjut Bupati.

Sambutan Ketua Adat Dusun Kepahiang Ujang Asmawi menerangkan Asal usul dan mula jadi atau Mulo Jijei Sadei Kepahiang serta menerangkan pusaka yang telah dirawat secara turun temurun.

Kelompok masyarakat ini kemudian berkembang dari masa-kemasa. Mego Migai (Marga Merigi), diganti dengan kepemimpinan Pesirah, diganti lagi Depati,

diganti dengan sebutan Ginde, diganti lagi Kepala Desa hasil dari mereka itu membuat hasil berupa 7 petalangan yang dapat dikumpulkan ini ada sekitar 4 petalangan yaitu Petalangan Gading Muning Pedaing, Meriam Anak Majolilo, Tanduk kerbau Putih dan Keris Panglima.

” Asal dusun Kepahiang semasa Lebong bernama renah sekelawi, Bengkulu Bernama Sungai Serut. Masyarakat kami ini berasal dari Lebong pindah ke sungai serut berbentuk suatu kelompok yg disebut rejang serawa, mereka itu merantau ke Bukit barisan, selanjutnya ke gunung bungkuk turun ke bukit barisan kemudian turun lagi ke bukit jupi. Mereka membuat suatu kelompok di tepian Air Ketapang, karena merasa terlalu kecil berpindah ke Pinggir sungai musi disitulah awal kata-kata lupak yang berarti kutei lupak dan berkembanglah hingga sekarang keturunan ke 11,” terang Ujang Asmawi.

Kedurei agung temuhun pesako sadei kepahiang dipimpin Mamak ujang Burhani diturunkan kepada Dedi Keturunan ke-8. Selanjutnya air cuci pusako berupa air kelapa,jeruk nipis, bunga, lemang boleh dibagi-bagi kepada masyarakat yang menginginkan untuk mengambil keberkahan. Diterangkan dedi untuk pencucian pusaka segala persiapan hanya boleh dilakukan oleh bujang semulen (Bujang Gadis).

” Alhamdulillah saya diamanahkan untuk mengurus dan merawat pusaka ini. Untuk memasak dan persiapn tradisi pencucian pusaka hanya boleh dikerjakan oleh bujang-gadis atau orang yang belum menikah. Pusaka ini juga tidak boleh dipegang sembarangan orang,” terang Dedi.

Hadir Dalam Acara Wakil Bupati Kepahiang H. Zurdi Nata, Waka 2 DPRD, Unsur Forkopimda, Kadis Pariwisata, Ketua MUI, Camat, Lurah, Perangkat Agama, Tokoh Masyarakat, Ketua Lembaga Adat Kutei, Ketua KNPI, Seluruh Perangkat Kelurahan serta Masyarakat Dusun Kepahiang. (Froda)